Nama Rumah Adat Lampung

Rumah Adat Lamban Pesagi (Lampung Barat)

Melansir laman resmi Kemdikbud, ciri khas rumah adat Lamban Pesagi dapat dilihat dari bangunan tradisionalnya. Rumah adat yang masih bertahan tersebut terletak di desa Kenali, Lampung dengan ukuran 8,79 × 7,43 × 9,58 meter berorientasi utara-selatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ruang dalam rumah adat Pesagi dibagi sangat sederhana yakni ruang tengah, kamar dan dapur. Terbuat dari konstruksi kayu dan bambu dan serta atapnya yang ditutup ijuk, bangunan tersebut berlantaikan pelupuh bambu.

Lamban Pesagi merupakan rumah tradisional masyarakat Lampung yang menjadi aset warisan budaya. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata pun menetapkannya sebagai situs rumah tradisional Pesagi berdasarkan UU RI No. 5 Tahun 1992.

Memiliki beberapa jenis

Rumah adat Nuwo Sesat juga memiliki beberapa jenis yang masing-masing berbeda.

Rumah adat Lampung Nuwo Sesat ini dibedakan sesuai fungsinya masing-masing. Terdapat beberapa jenis Nuwow Sesat yakni Balai Agung, Nuwo Balak, dan Nuwow Lunik.

Mengenal Rumah Adat Sulawesi Utara dari Bentuk, Keunikan, Gambar, dan Penjelasannya

Sukadana (Lampung Timur)

Berdasarkan laman Kebudayaan Kemdikbud rumah adat Sukadana ini terletak di daerah Sukadana, Lampung Timur. Rumah ini merupakan contoh rumah tradisional masyarakat Lampung. Arsitektur bangunan rumahnya dibedakan berdasarkan jenis menurut fungsinya. Seperti untuk tempat tinggal (disebut lamban), tempat ibadah, tempat musyawarah (balai adat), tempat untuk menyimpan benda-benda pusaka, dan juga tempat untuk menyimpan bahan makanan (lumbung).

Bentuk rumah adat, Sukadana ini dibuat dengan denah bujur sangkar atau pesagi ngehanyuk, dan yang berdenah empat persegi panjang disebut dengan mahanyukan. Biasanya, rumah tradisional Lampung menghadap ke arah jalan. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat lampung zaman dahulu memiliki keterampilan di bidang pertukangan.

Nah itulah pembahasan mengenai rumah adat Lampung yang bisa ketahui. Semoga bermanfaat ya detikers!

Bandar Lampung, IDN Times - Buat kamu warga Provinsi Lampung dan luar provinsi lain, sudah tahu belum kalau masyarakat adat Lampung punya beberapa jenis rumah adat?.

Masyarakat adat tergabung dalam dua kelompok adat yaitu Pepadun dan Saibatin ini, punya 5 jenis rumah adat. Masing-masing jenisnya terbagi berdasarkan etnis yang mendiami rumah tersebut, termasuk peruntukkan fungsi berbeda-beda.

Nah sungguh menarik kan? Yuk simak, IDN Times coba mengulas beragam jenis rumah adat milik masyarakat Provinsi Lampung.

Rumah jenis Nuwo Sesat seringkali disebut sebagai Sesat Balai Agung. Nuwu Sesat diartikan sebagai balai digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan adat, semisal pertemuan para penyeimbang adat atau biasa disebut Purwatin.

Nuwu Sesat merupakan rumah panggung terbagi menjadi beberapa ruang dengan fungsi berbeda, diantaranya mulai dari Ijan Geladak (tangga miliki atap), Anjungan (ruang pertemuan), Ruang Paseban (tempat musyawarah), Ruang Tetabuhan (tempat penyimpanan alat musik tradisional), hingga Ruang Gajah Merem (tempat istirahat penyimbang).

Nuwou Balak adalah rumah memiliki struktur rumah panggung. Bahan bangunan utama pembuatan rumah ini berupa kayu mulai dari lantai, tiang, dinding hingga atap.

Selain itu, rumah jenis ini disebut juga dengan Balai Keratun yang dihuni oleh keluarga para kepala dan petinggi adat di lingkungan sekitar loh.

Nuwu Balak terbagi menjadi beberapa area seperti Lawang Kuri, Lapang Agung, Kebik Temen, Kebik Rangek, Kebik Tengah, hingga garang hadap (tempat mencuci kaki). Biasanya, dapur di rumah adat ini terletak pada bagian belakang rumah dan terpisah dari bangunan induk, tapi tetap ada penghubung berupa jembatan kecil mengarah ke dapur.

Baca Juga: Mengenal Rumah Adat Lampung Lamban Pesagi, Tangga dan Kamar Sarat Makna

Nuwo Lunik adalah rumah adat Lampung seringkali digunakan oleh masyarakat umum, itu dikarenakan memiliki model bangunan lebih simple dengan ukuran lebih kecil dibanding Nuwo Balak. Oleh karenanya, Nuwo Lunik identik lebih sederhana karena hanya memiliki beberapa kamar tidur.

Selain itu, rumah adat Nuwou Lunik tidak mempunyai beranda seperti rumah adat lain, kendati tetap terdapat bagian serambi dan tangga terletak berada pada bagian depan atau pintu masuk rumah.

Lamban pesagi merupakan rumah adat yang ditetapkan sebagai situs rumah tradisional Pesagi, ini berdasarkan Undang-Undang RI No.5 Tahun 1992 oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Lamban Pesagi merupakan rumah tradisional masyarakat adat Lampung yang masih tersisa dan menjadi salah satu aset warisan budaya harus terus dijaga keberadaannya.

Kediaman jenis ini lebih sering atau mudah dijumpai di Kabupaten Lampung Barat hingga Pesisir Barat.

Lamban Balak merupakan kepemilikan rumah adat dari kelompok Saibatin. Rumah adat jenis ini umumnya bisa ditemukan di wilayah pesisir Lampung seperti Pulau Tabuan, Kecamatan Cukuh Balak, Tanggamus.

Di zaman dahulu, Lamban Balak dibuat dengan atap ijuk dan lantainya berasal dari bambu atau papan. Kayu dipakai adalah kayu jenis klutum, bekhatteh, serta belasa. Sama seperti rumah adat pada umumnya, rumah ini berfungsi sebagai tempat tinggal.

Banyak hal positif mempelajari adat istiadat tiap daerah di Indonesia termasuk Provinsi Lampung. Apalagi rumah adat di Lampung ternyata ada beragam dan peruntukkan fungsi berbeda-beda.

Baca Juga: Rekomendasi Villa Nyaman dan Terkenal untuk Staycation di Lampung!

Rumah adat Lampung dikenal dengan sebutan Nuwo Sesat atau Balai Agung.

Dalam bahasa daerah setempat, "Nuwo" berarti rumah atau tempat tinggal dan "Sesat'" bermakna musyawarah.

Mengutip dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nuwo Sesat adalah tempat pertemuan adat para perwatin (penyimbang) ketika mengadakan pepung adat (musyawarah).

Rumah adat Lampung ini terbentuk dari sejarah panjang masyarakat Lampung.

Yuk, Moms, simak keunikan rumah adat Lampung berikut ini!

Baca Juga: 7+ Makanan Khas Lampung yang Tidak Boleh Dilewatkan, Nikmat!

Macam-macam Rumah Adat Lampung

Kami mengkategorikan rumah adat dari Lampung ke dalam enam macam. Ada yang digunakan untuk rumah tinggal, rumah tetua, hingga rumah sementara.

Baca juga : 9 Rumah Adat Jawa Timur dan Filosofinya

Semuanya sudah ada sejak zaman dulu, dan kini masih dilestarikan atau bisa kamu lihat di museum atau wilayah tinggal masyarakat Lampung yang masih kental dengan budaya tradisional.

Balak adalah rumah adat yang digunakan untuk tempat tinggal kepala adat. Inilah yang tadi disebut dengan Lambahan Gedung. Penamaan tersebut diberikan, dengan catatan, jika pemilik rumah merupakan penyimbang marga atau keturunan dari tokoh dari marga tertentu yang ditetuakan. Sehingga, rumah adat disebut sering dimanfaatkan sebagai Bandar (marga) Agung.

Baca juga : 7 Rumah Adat Sulawesi Selatan, Masih Dilestarikan Hingga Kini

Jika bukan dari keturunan tertentu, pemilik rumah adat balak di masa lalu merupakan orang-orang kaya. Tidak mengherankan jika ukurannya lebih besar daripada rumah orang Lampung pada umumnya.

Umumnya, tipe rumah balak menggunakan model segi empat. Ada yang disebut Pesagi dan Mahanyuk’an. Pesagi merupakan rumah adat berbentuk persegi empat, sedangkan mahanyuk’an berbentuk persegi panjang.

Baik Lamban/Nowou/Lambahan Balak Pesagi maupun Mahanyuk’an, memiliki karakteristik yang sama. Rata-rata, rumah-rumahnya sudah sangat tua karena ditinggal oleh pewarisnya pergi ke kota. Sehingga dijadikan museum atau tempat pusaka. Salah satunya bisa kamu lihat di Pekon Kenali (Pesagi) dan di Pagardewa (Mahanyuk’an).

Baca juga : Rumah Adat Betawi Beserta Filosofinya, yang Penting Untuk Diketahui

Meski tampak sederhana, rumah adat beserta area serambi dan pekarangan terdiri dari 15 ruang untuk memenuhi kebutuhan harian yang beragam. Ada yang digunakan untuk menyimpan hasil bumi, tempat mencuci kaki, tempat istirahat/menerima tamu, ruang bermusyawarah, dan lain sebagainya.

Tidak bermakna negatif seperti yang didefinisikan kamus, Sesat merupakan rumah adat yang dikhususkan untuk tempat bermusyawarah terkait hal-hal yang berhubungan dengan adat.

Baca juga : Polisi Tangkap Pembunuh Guru di Mesuji

Berbeda dengan rumah Balak yang dijadikan tempat musyawarah terkait permasalahan dengan kerabat dekat, Surat terbuka untuk siapapun bagi mereka yang ingin bermusyawarah dengan warga setempat.

Rumah adat Sesat berbentuk persegi panjang membentuk huruf T dengan tiang besar hingga mencapai 3 meter. Seiring perkembangan peradaban, rumah Sesat tidak lagi dibangun dengan tiang yang menjulang. Dikarenakan sudah tidak lagi khawatir dengan keberadaan binatang buas maupun kelompok tertentu seperti zaman dahulu.

Jika pun ciri khas ini masih dilestarikan, maka sudah pasti rumah tersebut merupakan rumah pusaka sebagai cagar budaya pemerintah. Salah satunya bisa kamu temukan di daerah Tulang Bawang tengah.

Baca juga : PT Timah Dukung Pembangunan Rumah Adat Sentana Jering Amantubillah

Karena fungsinya sebagai ruang musyawarah, Sesat tidak memiliki banyak ruangan. Beberapa di antaranya yaitu anjung sebagai “serambi” untuk pertemuan kecil dan “gajah merem” untuk tempat para penyimbang beristirahat.

Selain untuk bermusyawarah, Sesat juga menjadi tempat untuk pertemuan acara bujang-gadis, menikmati hiburan tarian dan nyanyian, dan upacara adat Lampung lainnya.

Baca juga : 5 Senjata Tradisional Lampung Populer yang Wajib Kamu Ketahui

Pemanohan adalah rumah adat yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan. Bukan tempat penyimpanan biasa, melainkan tempat penyimpanan benda-benda pusaka. Benda-benda ini diyakini berkekuatan sakti sehingga ditaruh di rumah adat khusus yang dinamakan Pemanohan.

Beberapa benda pusaka yang ditaruh di Pemanohan yakni bedang minak. Pedang tersebut bisa bergerak-gerak jika pemakainya sedang dalam bahaya, semisal diserang hewan buas.

Maka dari itu, bentuknya lebih sederhana dibanding Balak dan Sesat. Biasanya, Pemanohan dibuat dari atap ijuk dan memiliki pekarangan luas. Ada juga yang berupa kemasi galung, yakni sebuah tombak sakti yang bisa melompat dari atap rumah panggung ke bawah tanah tanpa harus menuruni tangga.

Baca juga : Kopnuspos Gelar Program Berbagi Kebahagiaan Bersama Pensiunan di Lampung

Lainnya yakni ada umbul “KO” (batu sakti dari hati manusia), batu ilahan (batu penyembuh penyakit), dan terbangan (rebana genderang perang). Meski tampaknya unik, benda-benda tersebut tidak dijadikan sebagai hiasan rumah, namun disimpan dalam rumah adat Pamanohan.

Melihat fungsinya yang sangat krusial sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka yang bernilai mistis dan berharga bagi masyarakat lampau Lampung, tidak mengherankan jika rumah Sesat masih dijaga kelestariannya.

Baca juga : Kecelakaan Beruntun di Bakauheni, Sopir Bus Eva Star Tersangka

Sapeu tergolong sebagai rumah adat tradisional Lampung untuk tempat tinggal sementara. Sapeu sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, tergantung dari penggunaannya.

Pertama, bernama Kubu/Kubuw/Petaruan. Meski tergolong seperti bangunan darurat, namun bangunan ini juga digolongkan sebagai rumah adat. Fungsinya yaitu untuk tempat berlindung di ladang-ladang, tanpa dinding, dan berukuran 2 meter.

Kedua, jenis rumah tradisional adat Kapalas dengan atap dari alang-alang. Biasanya, digunakan untuk tempat menjaga padi.

Baca juga : Kecelakaan Beruntun di Pelabuhan Bakauheni, Satu Meninggal

Terakhir merupakan Sapeu terpopuler yang dikenal dengan nama Anjung. Bentuknya seperti rumah tinggal biasa, dengan pola rumah memanjang kotak, tiang tangga antara 1,5-2 meter, dan terdapat ruangan-ruangan yang lengkap.

Sama seperti rumah adat sebelumnya, Walai juga difungsikan untuk tempat penyimpanan. Tapi khusus untuk menyimpan padi yang dikenal dengan lumbung padi atau Balai. Bisa dibilang, bangunan ini termasuk ke dalam area rumah tinggal. Tepatnya, dibangun di belakang rumah tinggal.

Baca juga : Ratusan Rumah di Natar Lampung Selatan Terdampak Banjir

Tempat penyimpanannya ditaruh di tempat khusus terpisah dari rumah guna menjaga udara sekitar tetap terjaga dari polusi yang ditimbulkan oleh debu-debu kulit padi. Pemisahan seperti ini juga cukup efektif untuk meminimalisir gangguan ayam saat sedang menjemur padi.

Walai tidak banyak memiliki bagian ruangan. Hanya terdiri dari dua ruangan, yaitu untuk melepas bulir padi dan simpan padi.

Walaupun tidak semuanya semewah rumah panggung Sumatera, justru arsitektur yang fungsional dan berfilosofi mendalam cukup mencerminkan kepintaran dan kebijaksanaan para leluhur Lampung dalam menata kehidupan sosial. Baik dengan manusia, yang diyakini sebagai pemegang kendali dunia, serta alam.

Terdapat beberapa jenis rumah adat Lampung yang terkenal dan masih dilestarikan hingga saat ini. Masing-masing memiliki ciri khas dan fungsi yang berbeda-beda. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai jenis-jenis rumah adat Lampung:

Nuwo Sesat, yang juga dikenal sebagai Sesat Balai Agung, merupakan salah satu jenis rumah adat Lampung yang paling ikonik. Nama "Nuwo" berarti rumah, sedangkan "Sesat" berarti adat. Jadi, Nuwo Sesat dapat diartikan sebagai rumah adat atau balai adat.

Fungsi utama Nuwo Sesat adalah sebagai tempat pertemuan dan musyawarah para pemimpin adat atau penyimbang. Bangunan ini biasanya memiliki ukuran yang cukup besar dan terdiri dari beberapa ruangan dengan fungsi khusus, antara lain:

Nuwo Sesat memiliki arsitektur yang megah dengan atap berbentuk limas atau segitiga. Ornamen ukiran yang indah menghiasi berbagai bagian bangunan, mencerminkan kekayaan seni dan budaya masyarakat Lampung.

Lamban Pesagi adalah jenis rumah adat yang berasal dari masyarakat Lampung Barat. Nama "Lamban" berarti rumah, sedangkan "Pesagi" merujuk pada bentuk denah rumah yang persegi.

Ciri khas Lamban Pesagi antara lain:

Lamban Pesagi biasanya terdiri dari beberapa ruangan seperti ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan ruang keluarga. Rumah ini menjadi simbol kekuatan dan kebersamaan dalam budaya Lampung Barat.

Rumah adat Sukadana berasal dari daerah Lampung Timur. Bentuknya mirip dengan Lamban Pesagi, namun memiliki beberapa perbedaan yang signifikan. Ciri khas rumah adat Sukadana antara lain:

Rumah adat Sukadana biasanya terdiri dari ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan ruang keluarga. Desainnya yang unik mencerminkan adaptasi masyarakat Lampung terhadap kondisi alam di wilayah mereka.

Nuwo Balak, yang berarti "rumah besar", adalah jenis rumah adat yang biasanya dimiliki oleh para pemimpin adat atau orang-orang terpandang dalam masyarakat Lampung. Bangunan ini memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan rumah-rumah lainnya dan sering digunakan sebagai tempat tinggal sekaligus tempat pertemuan.

Karakteristik Nuwo Balak antara lain:

Nuwo Balak biasanya memiliki beberapa ruangan seperti ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, dan dapur. Rumah ini menjadi simbol status sosial dan kewibawaan pemiliknya dalam masyarakat Lampung.

Mahanyukan adalah jenis rumah adat yang berasal dari masyarakat Lampung Pesisir. Nama "Mahanyukan" berarti "mengalir", yang mencerminkan filosofi hidup masyarakat pesisir yang fleksibel dan adaptif terhadap perubahan.

Ciri khas rumah adat Mahanyukan antara lain:

Mahanyukan biasanya terdiri dari beberapa ruangan seperti ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan ruang keluarga. Desainnya yang sederhana namun fungsional mencerminkan kearifan lokal masyarakat pesisir Lampung dalam beradaptasi dengan lingkungan mereka.

Rumah adat merupakan sebuah bangunan yang dibuat dengan ciri khusus unsur kebudayaan. Bangunan tersebut berfungsi sebagai tempat hunian atau lainnya dari satu generasi ke generasi selanjutnya pada masa dulu.

Di Provinsi Lampung, keanekaragaman budaya bisa dilihat dari rumah adatnya. Selengkapnya, berikut detikSumbagsel hadirkan 3 macam rumah adat Lampung dilansir dari berbagai sumber. Simak artikel ini hingga akhir, ya, detikers!

Rumah Adat Sukadana (Lampung Timur)

Menurut laman resmi Kemdikbud, rumah adat Sukadana terletak di desa Sukadana, Lampung. Arsitektur bangunan tradisionalnya dibedakan menurut fungsi, seperti tempat tinggal, tempat ibadah, balai adat, tempat menyimpan benda-benda pusaka dan lumbung.

Menurut strata kepemilikan, rumah adat Sukadana dibedakan menjadi tiga, di antaranya lamban balak milik penyimbang marga, lamban gedung milik penyimbang suku dan lambing milik masyarakat umum. Tipe rumahnya berdenah bujur sangkar dan besar.

Rumah Sukadana terbuat dari kayu dan umumnya menghadap ke arah jalan. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat Lampung pada masa lalu memiliki keterampilan di bidang pertukangan, khususnya kayu.

Nah, demikian penjelasan tentang tiga macam rumah adat Lampung. Semoga artikel ini menambah pengetahuan, ya, detikers!

Artikel ini ditulis oleh Felicia Gisela Sihite, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Bertahan saat Letusan Krakatau

Dalam penelitian berjudul Rumah Tradisional Lamban Pesagi Lampung Barat, diceritakan bahwa pada abad ke-19, Gunung Krakatau meletus dan mengakibatkan banyak bangunan porak poranda hingga memakan ribuan korban jiwa.

Namun, terdapat rumah adat yang hanya mengalami sedikit kerusakan dan struktur bangunannya masih utuh.

Rumah adat yang masih kokoh tersebut ialah rumah adat Lamban Dalom dari Marga Balak di Kabupaten Lampung Barat.

Padahal, usia bangunan tersebut hampir 100 tahun.

Bahkan, sebagian besar rumah adat Nuwo Sesat pun hingga kini adalah bangunan asli yang sudah dibangun sejak sebelum abad ke-19.

Lamban Pesagi (Lampung Barat)

Mengutip laman Patrawidya Kemdikbud, rumah lamban pesagi merupakan rumah adat yang ditetapkan sebagai situs rumah tradisional Pesagi berdasarkan UU RI No.5 Tahun 1992 oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Lamban Pesagi merupakan rumah tradisional masyarakat Lampung yang masih tersisa dan menjadi aset warisan budaya yang harus terus dijaga keberadaannya.

Bagian Rumah Adat Lampung Nuwo Sesat

Rumah adat satu ini memiliki material utama yang terbuat dari kayu dengan desain bentuk rumah menyerupai rumah panggung.

Bagian dalam rumah memiliki beberapa bagian dengan fungsi dan filosofi masing-masing. Di antaranya :

Ijan Geladak adalah pintu masuk ke rumah. Bentuknya menyerupai tangga yang disebut Rurung Agung.

Dalam upacara adat, para penjaga menggunakan bagian itu untuk menjaga pintu masuk. Bahkan pada upacara-upacara tertentu, tamu-tamu penting disambut dengan tarian sebelum menuju ke Ijan Geladak.

Setelah menaiki tangga atau Ijan Geladak kamu akan langsung menuju Anjungan atau serambi.

Tempat ini biasanya digunakan untuk melakukan musyawarah atau sekedar beristirahat sambil menikmati angin sepoi-sepoi. Pada acara-acara penting, Anjungan ini juga digunakan untuk menerima tamu.

Ruang Pasiban adalah ruang sakral yang hanya boleh dimasuki oleh kepala suku atau tamu terhormat.

Mereka biasanya menggunakan ruang ini untuk merencanakan hal-hal penting atau bermusyawarah seperti upacara atau acara adat.

Lampung memiliki seni musik yang disebut Gamelan Lampung. Ruangan Tetabuhan inilah yang digunakan untuk menyimpan alat musik tersebut. Gamelan Lampung yang unik ini terinspirasi dari gamelan Jawa.

Kenali Rumah Adat Banten beserta Penjelasan dari Keunikan dan Sejarah Singkatnya

Pada dasarnya Rumah Nuwo Sesat tidak dibangun untuk warga biasa, melainkan untuk pejabat tinggi/pemimpin untuk bermusyawarah. Kegiatan musyawarah ini memakan waktu yang lama, maka dari itu dibuatlah ruangan Gajah Merem.

Ruangan ini terinspirasi dari gajah yang dipercaya masyarakat Lampung sebagai pemimpin. Bersama dengan kata Merem artinya pemimpin yang butuh istirahat.

Itulah informasi mengenai rumah adat Lampung dan keunikannya. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kamu.

Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:

Kost Dekat UNPAD Jatinangor

Kost Dekat UNDIP Semarang

Kost Dekat Unnes Semarang

Kost Dekat ITB Bandung

Kost Dekat ITS Surabaya

Kost Dekat Unesa Surabaya

Kost Dekat UNAIR Surabaya

Kost Dekat UIN Jakarta

Luasnya Mencapai 100 Meter

Tak ada aturan minimal maupun maksimal saat mendirikan rumah adat Nuwo Sesat.

Meski demikian, mayoritas rumah adat memiliki ukuran yang sangat luas.

Hal ini karena selain dijadikan tempat tinggal, rumah adat Lampung dijadikan tempat berkumpul dan bermusyawarah.

Tentunya semakin besar rumah yang dibuat, maka akan semakin lapang dan nyaman bagi penghuninya.

Maka tak heran jika luas rumah adat Lampung bisa mencapai 100 meter.

Baca Juga: Mengenal 5 Motif Batik Lampung dan Filosofi di Baliknya

Jika dilihat dari topografinya, Nuwo Sesat berbentuk rumah panggung karena kondisi alam,...

Rumah adat Lampung mungkin tidak sebanyak rumah adat dari daerah lain. Hanya saja, penyebutannya begitu banyak sehingga kerap dikira memiliki banyak variasi. Misalnya saja, lamban babak, nowou babak, dan lambahan babak adalah satu rumah adat yang sama.

Hal tersebut dikarenakan Lampung yang memiliki dua suku berbeda. Sehingga tercipta penamaan atau penyebutan yang berbeda dari setiap suku tersebut. Tentu masing-masing rumah adat suku Lampung ini tak kalah unik dan menarik dari suku daerah Sumatera lainnya.

Ketahui macam-macam rumah adat Lampung beserta penamaannya melalui ulasan lengkap di bawah ini.

Baca juga : 8 Pakaian Adat Lampung yang Berwarna-warni dan Mewah

Rumah Adat Lampung Berdasarkan Jenisnya

Reporter: Ajeng Monika Selis|

Editor: Alam Islam|

Rumah adat Lampung Nuwo Sesat. ILUSTRASI/FOTO YOUTUBE ID Info--

RADARLAMPUNG.CO.ID – Setiap daerah yang ada di Indonesia pasti memiliki suku dan kebudayaan tersendiri.

Daerah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke mestilah memiliki keunikan baik dalam pakaian hingga rumah adat.

Salah satunya adalah rumah adat dari Provinsi Lampung.

Provinsi Lampung memiliki rumah adat yang dikenal sebagai ‘Sesat Agung’.

BACA JUGA: Kilas Balik Sejarah Peradaban Suku Lampung

Rumah adat ‘Sesat Agung’ menjadi warisan dalam kebudayaan adat suku Lampung.

Biasanya rumah adat ‘Sesat Agung’ ini digunakan sebagai tempat pertemuan adat dalam melakukan musyawarah.

Namun demikian, rumah adat Lampung juga memiliki nama lain.

Nama-nama dari rumah adat Lampung disesuaikan dengan jenisnya.

BACA JUGA: Bukan Ladang Begal, Ini Ciri Sebenarnya Orang Asli Suku Lampung

Berdasarkan jenisnya, ada rumah adat Nuwo Sesat yang dikenal juga sebagai Sesat Balai Agung.

Secara terminologi, Nuwo Sesat diartikan sebagai sebuah balai atau gedung yang digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan.

Adapun kegiatan yang dilakukan di dalam Nuwo Sesat disesuaikan dengan adat setempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Rumah adat Lampung ternyata bermacam-macam bentuk dan sebutannya. Ada nuwou sesat, rumah tradisional lamban pesagi, dan rumah adat sukadana. Seperti apa sih bentuk dan ciri-cirinya? Berikut ini pembahasannya.

Mengutip buku rumah adat di Indonesia oleh DC Tyas, rumah adat masyarakat Lampung disebut dengan nuwou sesat. Nuwou sendiri artiya rumah dan sesat berarti adat. Nuwou sesat ini berdiri di atas tiang yang megah. Dahulu, bangunan ini merupakan balai pertemuan adat, dan tempat untuk bermusyawarah bagi pada pemimpin warga. Oleh karenanya, nuwou sesat juga disebut dengan sesat balai agung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam buku Mengenal Seni dan Budaya Indonesia oleh R Rizky dan T Wibisono, yang menjadi ciri khas dari rumah ini adalah adanya lambang garuda yang menjadi marga dari masyarakat Lampung. Rumah ini juga digunakan untuk kegiatan kemasyarakatan seperti musyawarah antar marga.